Tak tahu rasanya apa yang
harus ku tuliskan lagi tentang kita.Untuk sebuah hal yang sudah selesai. Yang
pada akhirnya ku relakan seperti ini. Sekarang aku memilih berhenti pada satu
titik tanpa kau lagi. Rasanya teramat berat melepas seseorang yang di ingini.
Tetapi toh, kita ini hanya manusia biasa yang hanya bisa berbakti. Meski dalam
hati aku terluka berkali-kali.
Barangkali, ini yang sejak dahulu kau nanti. Aku
harus tahu diri untuk tak mengusik mu lagi. Untuk itu aku minta maaf.
Barangkali sadar ku terlambat dan melupakan mu sungguh tak bisa cepat. Kita
memang hanya kisah yang belum sempat. Yang selesai tanpa pernah punya awal.
Kita adalah penikmat rasa yang pekat. Oh sungguh melupakan mu adalah hal berat.
Kau bukan sosok sempurna, tetapi itu membuatku merasa. Banyak orang-orang
meyakini, kita adalah dua manusia yang tak sepatutnya bersama. Selayaknya kita
tak perlu saling tertawa dan saling membuat bahagia. Karena itu kita tidak
pernah sempat membuat hubungan ini jelas dan ada.
Kita adalah ketidakjelasan
yang indah. Tanpa perlu ada yang tahu kita terus berbahagia. Tapi pada akhirnya
aku menyerah juga. Kau pun seperti lelah. Kita akhirnya memilih untuk berpisah.
Bahkan untuk saling mengingat nama sudah tak bisa. Beberapa waktu tanpamu
membuatku gelisah, tetapi ternyata bisa juga.Waktu dan jarak yang tak lagi sama
membuatku terbiasa. Aku terlalu sibuk untuk melupakan, hingga tidak sengaja
mencuri-curi waktu untuk mengingat kita. Aku yakin kau juga tengah sibuk
tertawa di luaran sana, berbagi tawa dengan anak manusia yang lainnya.
Kalau boleh meminta, masih ingin rasanya menjadi alasan dari bahagiamu
itu. Tapi apa boleh dikata, semuanya tak lagi sama.
Kita masih dalam satu kota
tetapi belum pernah saja tertakdirkan bersua tanpa sengaja. Masih sering kuselipkan
doa pada Yang Kuasa, tetapi hingga saat ini mungkin belum diijabah. Rasanya
juga tak siap berjumpa. Bisa-bisa aku kembali mengungkit luka lama. Jangan
khawatir, kau mengenal ku dengan ketangguhan. Aku masih kuat berdiri tanpa kau
di sisi.
Masih bisa berlari dari cinta yang tak kau hargai. Aku juga berterima
kasih untuk kedewasaan yang kau ajarkan padaku setiap hari. Terima kasih
pula karena pernah mengerti meski sekarang tak lagi. Aku tak inign membenci
sama sekali. Untuk dua manusia yang pernah saling berpaut hati untuk apa saling
membenci? Bukankah kita terlalu sering bertukar selamat pagi.
Aku
memaafkan diriku sendiri, kuharap kau juga seperti itu. Kau tidak perlu lagi
menjawab pertanyaanku yang menumpuk. Diam mu adalah jawaban yang teramat pasti.
aku tidak akan lagi menagih janji. Untuk apa lagi ? kau tak perlu tepati
untuk seseorang yang tak punya arti. Darimu aku tahu satu hal dalam hidup ini.
Untuk sebuah pertanyaan tak perlu berakhir dengan tanda tanya. Begitu pun untuk
sebuah jawaban yang tak melulu berakhir dengan sebuah titik.
Aku hanya ingin
mengakui bahwa aku memang pernah sangat mencintai hingga pada akhirnya
kusadari, bahwa aku mungkin sudah terganti atau tak pernah ada sama
sekali. Aku tak pernah menghakimi perasaan yang dianggap sebagai kebodohan
oleh orang-orang. Seperih apapun, ini kisah yang patut aku syukuri. Kita
telah memilih jalan ini.
Semoga tak ada sesal mengikuti. Sekarang kita
masing-masing. Aku akan mengingat UNTUK TIDAK terulang sesalku.. Sekali lagi, untuk kisah yang tak sempat ini. Aku
minta maaf dan berterima kasih. Aku akui kita pernah saling menyiakan tetapi
tak perlu lagi. Sekarang waktunya meraih mimpi.
No comments:
Post a Comment